Langsung ke konten utama

Postingan

Selesai

Sudah saatnya bergerak maju. Ini adalah tulisan terakhir tentangmu. Tentang dirimu. Sedihku harus ku pangkas. Terima kasih sudah pernah ada. Titip salam dan doa terbaik nan terbesarku terhadap diri kamu, pasanganmu dan keluarga. Semesta akan terus bergerak. Mau sehancur apapun keadaan. Dia akan tetap ada dan menguatkan. Gaktau akan sehancur apa kamu, pasti bisa disembuhkan. Sadar bahwa diriku bukan yang terbaik. Jadi sekarang aku harus mencintai diri sendiri. Entah dengan memeluk kesendirian atau bersenang-senang bersama pasangan. Harus kumatikan rasa iri melihatmu berdansa dalam asa bahagia bersama dia, yang paling indah dan bahagia. Terimakasih. Mengenalmu sangat luar biasa menyenangkan. Sudah saatnya mengucapkan salam perpisahan. Terhadap masa lalu dan dirimu. Mulai detik dan tanggal ini sudah tiada lagi pikiran yang terlintas mengenai dirimu. Tiada lagi qoutes galau bertebaran dalam beranda. Kamu sudah bahagia. Senang dengarnya kamu sudah berada di orang yang tepat. Sudah saatnya b
Postingan terbaru

Pesan

Titik dimana kita sadar kalau dulu begitu indah, perlahan harus berhenti. Mati dan kembali sendiri. Menyakitkan sekali. Dua insan yang harusnya selamanya. Berpisah dengan mendadak. Indah rasanya jika dikenang. Ingin kembali diulang. Walau kadang, sadar bahwa apa yang berlalu sudah hilang. Tidak terulang. Masuk ke jiwa, dirimu selalu diingat. Disetiap langit ditatap. Di kala hujan turun, deras dan kejam. Bayangmu ada, di dalam pikiran. Hidupmu, hidupku. Ku ingin engkau tahu. Aku selalu rindu. Maaf yah jika jadi begini. Kamu yang buat aku harus terus-menerus berucap dalam setiap doa. Tolong kembali. Hati kadang tidak bisa ditipu, kalau aku masih ingin kamu. Walau sadar, secara logika kamu harusnya aku lupakan. Perlu dihilangkan dalam setiap sudut pikiran, hati dan perasaan. Kamu harus beneran minggat. Akh! Susah. Setiap nasihat pun rata-rata sama. Suruh lupakan. Tetap saja, aku lemah terhadap seluruh momen yang mendadak datang.  Sekarang, coba lihat ke depan. Ah sial. Senyummu tetap ada.

Kehilangan

Setiap malam, dulu pas sama dia. Kita sering menghabiskan waktu bersama. Enam bulan penuh, berada disebelahnya dalam wujud fisik. Pergi, mencari makan malam selepas pulang kerja. Kami berdua satu kantor, mejanya sebelahan. Ah kangen banget. Mau diulang kembali. Kumohon. Suka nulis pesan gajelas. Lucu banget kalau diingat. Pengen banget diulang. Andai waktu bisa mundur kebelakang. Gue beneran mau merasakan kembali momen itu. Hi. Kamu lagi apa? Waktu berjalan terus. Hidupmu setelah putus juga akan bergerak. Tidak akan semuanya kembali terulang. Sadarlah perlahan. Kalau sudah waktunya berpijak pada tangga masa depan. Namun, izinkan gue untuk sejenak kembali mengingat. Menuliskan disini. Agar ada suatu masa. Dia yang selalu disebutkan. Diingat dalam pikiran. Dimimpikan dikala terlelap. Bisa membaca. Semua pesan yang tersirat dan tersurat. Kalau gue kehilangan banget. Kalau tidak terbaca, yah tidak apa. Setidaknya hati lega sudah ada yang terutarakan. Kamu tahu tidak, gimana kehidupan aku s

Romansa, Jumat 12 November 2021

Gue berada di Romansa. Sebuah kafe di Sabang, Jakarta Pusat, dekat dengan kantor lama. Satu tahun pas tidak kesini, yah datang hanya untuk menselebrasikan perasaan yang telah hilang dan mengingat awal mula kejadian.  Datang dari Pondok Gede, hanya untuk bernostlagia, kembali merasakan suasana yang dulu pernah ada. Baru tahu tempat ini sudah banyak berubah, mulai dari lantai dua yang sekarang jadi salon sampai pelayan yang sudah berganti, dulu ada empat sekarang cuman tinggal dua. Hai, apa kabar kamu? masih ingat satu tahun yang lalu menangis disini karena mantanmu? dan aku sedang kuliah setelah selesai bekerja harus mendengarkan curhatanmu sekaligus membagi peran untuk siap siap presentasi? apa kamu masih ingat momen itu? Oh iya, sekarang kamu mungkin sedang bersenda gurau dengan yang baru yah. Banyak hal yang berubah disini, banyak banget. Mulai dari tempat yang dulu menyenangkan, berubah menjadi tempat yang penuh kenangan. Semua momen indah, berawal dari Romansa. Apa kamu masih ingat

Sakit

Gue sakit selama 3 Minggu. Awalnya, gue gak percaya tuh penyakit mental. Stress apalah kaga mungkin kejadian. Ternyata kena. Masalahnya beban pikiran merambah ke fisik. Setiap keinget dia, Gue batuk sampai mual, muntah-muntah. Setiap keinget momen sama dia, badan langsung lemas dan keringetan. Sering mau ngomong, langsung tercekat kalau dia terlintas dalam pikiran. Dia bahagia dengan selingkuhannya. Gue harus berjuang mati-matian untuk bisa fokus sama kerjaan. Fokus untuk bangun dari tidur, kemudian mengerjakan yang lain. Jantung suka berdebar tiba-tiba. Ini sih yang paling menganggu. Jadi degupannya tuh gak beraturan. Datangnya gak perah ketahuan. Tiap kali udah atur nafas, sesek banget adanya. Mau ngobrol sama orang aja, kalau jantung berdebar keras. Gue harus minta stop dulu. Hampir gue ke psikolog, untuk fuck it ayolah lupain. Dia udah sama yang lain. Gue pengen sembuh selama 3 Minggu itu. 3 Minggu juga beriringan dengan kerjaan di agency yang luar biasa banyak. Mau bagaimana, sud

Glimpse

Photo by Fabio Santaniello Bruun on Unsplash Setiap kali ada pertemuan, dengan orang baru. Bayangmu selalu ada. Menghampiri, sering menghantui. Membandingkan dirimu dan yang lain. Bahkan segala macam apapun diusahakan dan doa dimunajatkan. Aku sadar, kamu gak akan pernah kembali. Tangismu kala itu, kalimat yakin mu malam itu. Genggaman erat dan kuat seakan gak mau lepas. Bahkan sadar, tulisan ini hanya obat patah hati. Jika kamu masih ingat, caraku berdamai dan menyembuhkan perasaan adalah kembali menulis. Menelisik lagi, mengenai perasaan yang menggantung dan manyakitkan setelah ditinggal pergi. Senyum mu masih terngiang dalam pikiran. Beragam sikap dan sifat, selalu saja. Kayanya susah dapat yang baik seperti mu. Sayang, semuanya sudah ku bakar dan kau pun sama. Kita udah bakar semua jembatan untuk bisa kembali bersama. Mau gimana aku berteriak, kamu tidak akan pernah kembali. Sampai tua pun, aku selalu takut. Takut selalu mengingatmu. Ku harap, semuanya berhenti. Hingga aku mendapa

Putari Jalanan Takdir Kehidupan

Photo by Rifki Kurniawan on Unsplash Kala itu, November. Aku ingat. Ketika memutari Sudirman, melihat gedung tinggi. Merasa dunia milik berdua. Kamu bilang "boleh peluk" di belakang motor, aku jawab "iya peluk aja" Memeluk erat, pertama kali aku dipeluk manusia. Oh jadi begini yah rasanya nyaman. Aku tersenyum kecil, kamu tidak melihat tapi aku tahu, sepiku selama ini akan menghilang. Aku perkenalkan satu per satu itu gedung apa. Kamu tersenyum, mendengarkan di belakang motor. Memakai baju belang Oren, Putih, dan Hitam. Berserta kerudung berwarna krem dan celana bahan berwarna hitam. Bahkan setiap detail masih aku ingat. Bau hujan yang berhenti mendadak, kamu yang mengharapkan dering telepon dekat circle K. Di kala itu, kita sadar. Mungkin inilah persimpangan takdir. Dimana kamu mengharapkan aku menghubungi dan ternyata benar aku hubungi. Sekarang, aku harap kamu kembali. Namun semesta sudah sangat menentang sepertinya. Sudirman kita putari dua kali, sembari bergum