Langsung ke konten utama

Ketika Suka, Teman Juga

Biarkan saya menulis serius. Tentang perasaan

Perasaan itu abstrak. Gatau kenapa bisa muncul. Atau kapan dia akan ada. Tumbuh karna kebiasaan atau mungkin karna ketertarikan dari hal hal yang universal.

Pernah gak sih kalian memiliki perasaan yang sama terhadap seseorang. Namun ada teman kalian yang juga tertarik dengan orang yang sama. Membuat kalian berpikir dua kali untuk bergerak atau berjalan di tempat tanpa ada pergerakan pasti karna terhambat oleh kata "teman"

Ga ada yang tau juga. Kenapa perasaan itu muncul padahal kalian tau pasti, teman kalian sangat menginginkan orang yang sama terhadap orang yang kalian inginkan juga. Perasaan terus menerus berkata untuk mengejar, melompati tembok pertemanan. Sayangnya, kalian engga bisa melompati itu. Kalian tidak tega untuk menyakiti orang yang selalu membuat kalian tertawa. Orang tersebut dinamakan teman.

Akhirnya, kalian mungkin ada yang mengalah atau berusaha melewati tembok itu. Jika kalian mengalah demi kebaikan bersama. Ketika dia berjalan atau bercerita, hati sangat tidak karuan. Telinga berusaha untuk tidak mendengar. Dan mulut sangat ingin berargumen bahwa "gue juga suka sama orang yang lo ceritain"

Tapi mulut selalu tidak berani. Dia berada di barisan paling belakang soal keberanian untuk menyatakan suka terhadap gebetan teman sendiri. Padahal gebetan tersebut tidak sama sekali menyukai teman kalian. Tidak dengan teman kalian. Dia sangat antusias mengejar. Membuat kalian iba dan merelakan untuk membuat kecocokan antara kalian dan gebetan teman sendiri.

Memang benar. Perasaan gapernah bisa di paksa. Gapernah bisa menerima orang yang kalian suka harus bersama teman dekat kalian sendiri. Ingin rasanya menuntaskan kata yang terhambat di ujung lidah. Namun hati tidak sanggup menyakiti perasaan teman.

Pada akhirnya, kalian mengalah. Melepaskan dia yang jadi idaman. Merelakan dia bersama padahal kalian tidak bahagia. Tidak apa. Biarkan dia pergi, membangun hubungan walau kalian mengirikan hal itu. Mau bagaimana lagi, jika diperjuangkan kalian memikirkan perasaan teman kalian sendiri. Tidak diperjuangkan perasaan senang tapi kebersamaan harus luntur.

Entah kalian harus memilih untuk melunturkan pertemanan atau menjalankan perjuangan.

Tapi perasaan sama sekali tidak bisa dipaksa. Dia hanya bisa disembunyikan. Sampai pada akhirnya kalian lupa telah menyembunyikan perasaan. Hingga perasaan itu berangsur angsur hilang bersama pedihnya kepahitan tidak bisa berjuang. Karna dinding pertemanan.

Komentar