Langsung ke konten utama

Terkoneksi Terhadap Manusia Yang Satu Frekuensi.


Bahas-membahas mengenai asa dan mimpi di siang hari. Membicarakan berbagai macam hal, mencoba terkoneksi namun tetap saja sinyal yang dimiliki terputus. Bukan sinyal handphone semata, melainkan sinyal mengenai rasa.

Pernah tidak kalian membayangkan bahwa kehidupan itu abstrak. Tidak ada yang tahu akan bertemu dengan siapa dan dengan siapa mereka terkoneksi. Langsung nyambung di pertemuan pertama atau malah ribut walau sudah rujuk beribu edisi.

Ini bukan permasalahan mudah, saya rasa begitu. Permasalahan mengenai bagaimana berkomunikasi yang menyenangkan, bukan hanya sekedar tertawa tanpa ada sama sekali konteks didalamnya. Mari bersama kita mengheningkan cipta, bukan karena gugurnya para pahlawan. Namun gugurnya waktu yang diinvestasikan terhadap orang yang salah.

Jadi mau sampai kapan? Terus-terusan bertahan walau sadar, kalian berdua tidak satu frekuensi. Hanya sekedar dua manusia yang menghabiskan waktu bersama tanpa ada ketersambungan diantaranya. Mari pikirkan, bagaimana bisa bergerak kalau setiap berkomunikasi hanya menemukan titik buntu.

Beranikan diri untuk menyudahi, sebelum kamu tercelup terlalu dalam hingga sulit untuk mengangkat dan kembali utuh sebagaimana kodrat yang dilahirkan.

Dia tidak satu, masih ada yang baru. Cukup sampai situ. Putuskan koneksi yang tidak sefrekuensi, cari manusia lain.

Komentar