Langsung ke konten utama

Memilih, Dipilih dan Pilihan.

Kita punya banyak pilihan untuk memilih mau dengan siapa. Mau dengan orang yang kaya apa. Atau justru kita gapunya pilihan, jadi memilih dengan asas "asal ada yang mau"

Pernah ga sih kalian ngerasain hal-hal kayak gitu. 

Oiya disclaimer dulu, ga ada apa-apa diblog ini, gausah dicari. Murni keresahan aja perihal sehari - hari. Bebas mau menulis apa, toh tahun kebelakangan ini, jarang gua promosiin blog.

Terdengar inkonsistensi sih, cuman kayaknya kalau pake formula yang terus-terusan itu malah menekan gua, apalagi tingkat literasi di Indonesia cukup kurang.

Setelah sekian lama ga menulis, yah gua sibuk dengan magang di salah satu media terkemuka di Indonesia sebagai illustrator atau desainer grafis. Lumayan melelahkan ditambah pandemik ini, bikin suasana menjadi mencekam bagi sebagian orang, walau sebagian lagi menganggap ini bukan masalah besar.

Udah gitu aja greeting nya, mengingat tiga bulan tidak bersua.

Sekarang jam dua malam. Bulan puasa, april dan wabah corona. Entah setiap malam, jam segini otak gua berpikir secara berlebihan. Mengenai ketakutan yang hinggap. Mulai dari 

" Nanti akan jadi apa" 
" Kalau melakukan hal ini, berhasil atau malah gagal lagi "
" Gimana yah bentukan pasangan gua di masa depan "

Dan lain - lain.

Manusia datang dan pergi, punya periode waktu. Punya batas pertemuan dan sebagainya. Gue resah sampai sekarang ga bisa serius untuk membangun komitmen lagi.

Seakan nyaman untuk sendirian walau ada beberapa yang berkomunikasi secara intens tapi hati kecil selalu berkata " Belum saatnya "
Dulu setiap gua membaca blog orang lain, selalu ada hal - hal magis dari mereka yang meresap ke dalam diri.

Berbeda sekali dengan blog atau tulisan yang diposting di instagram bertemakan sajak atau puisi yang terlalu berat. Gak menarik sama sekali, berbeda dengan blog yang sangat seru melihat bagaimana bercerita mengenai hal tersebut.

Sampai-sampai ada blog yang merubah cara pandang hidup gua mengenai berbagi hal, padahal tulisan panjang tanpa ada kalimat puitis, tapi bisa menyentuh abis.

Oke back on track.

Mengapa kita selalu mengejar orang yang sama. Seseorang yang sudah punya pasangan. Seseorang yang saat dia sendiri tidak berani didekati. Mengapa justru mengelak saat dia tidak membalas atau berbalas singkat.

Kenapa tidak mencoba? Apa benar perkataan blog romansa, jika tidak dibalas, lekaslah cari yang lain, lantas kalau tertambatnya di dia, kita harus bagaimana?

" Pasti ada yang lebih "

Kalau begitu kenapa tidak kita berjuang berlebih saja agar bisa sama dia, kenapa harus mencari - cari lagi.

Banyak yang datang dan pergi, silih berganti. Berbagai karakteristik, tetap saja dia gapernah bisa untuk pergi. Selalu ada di relung hati. Selalu mikirin dia, walau sekarang tidak pernah hadir di instastory.

Kita tahu, kita hidup di daerah yang sama. Membuat segala hal menarik hanya untuk menjadi hebat justru membuat letih yang infinity. 

Setelah berjuang, berbuat dan berusaha memperbaiki diri, kemudian sadar " Melakukan ini buat apa, ga pernah ada chance keberhasilan, perasaan adalah abstrak, gabisa ditebak"

Segala upaya digencarkan,tapi dia sudah punya pacar. Berpindah dan menikmati kebersamaan dengan beberapa orang, hanya menjadi semu dan fana semata. " Bukan dia" Itu yang terdengar.

Kita selalu berusaha, kita selalu berbagi nasihat, kita selalu peduli satu sama lain, belum tentu hati memilih.

Kenapa satu orang bisa merubah segala prespektif terhadap apa saja. Baik dari kualitas diri, ke tidak percayaan diri, dan takdir yang diberi.

Apakah bisa, berjuang mati - matian lantas bisa luluh seketika.

Atau mencari - cari hingga tidak pernah berhenti malah menjadi cercaan banyak orang.

Hidup di society kayak gini berat. Apa - apa salah. Apa - apa dia yang benar. Apa - apa seluruh pembelaan dibungkam.

Huft.

Komentar