Langsung ke konten utama

Adil, Gak Semuanya Diambil

Photo by Nadjib ali Bachir

2,5 tahun gapernah betah. Pindah berkala. Sampai titik akhirnya nemu tempat kerja yang nyaman. Ketika tempat kerja udah nyaman, justru orang yang bikin nyaman harus pindah ke lain perasaan.

Tuhan maha adil. Ketika dipertemukan, keadaan beneran gak karuan. Harus melaksanakan tugas akhir bersamaan harus bekerja di siang hari, bersamaan dua kantor lumayan menantang juga yah.

Dia ada, dengan segala kelembutan genggaman tangannya, mencengkram dan bilang "er gak papa untuk merasa capek. Perasaan kamu valid kok"

Begitu terus dia semangati hati yang letih. Hingga akhirnya berani, untuk melangkah pergi.

Pelan-pelan dia juga membantu memberikan kewarasan. Kebahagiaan yang terus ada, dia selalu tebarkan.

Dulu, gue kira kalau dia tidak akan pernah meninggalkan. Dia selalu menangis ketika lagu tulus "Hati-Hati di Jalan" diputar.

Iya, dia pernah menangis di sebuah foodcourt, di jalan Raden Saleh. Saat mendengar lagu tersebut ketika marahan. Sembari menangis dia berucap

" Aku selalu takut ketika bait lagu tak kan ada lagi yang sama seperti mu karena bagiku, gak akan lagi pernah ketemu orang kaya kamu" katamu sembari menangis.

Kamu usap air mata dengan tissu yang selalu kamu sediakan. Di dalam tas berwarna coklat.

Waktu berlalu, ketika perasaan sudah mulai terbiasa. Bosan mulai menjalar. Kamu menjawab "yah kala itu aku bucin aja, tertutup sama perasaan cinta padahal laki-laki bukan kamu aja"

Begitu cepat berubah. Menyakitkan ketika didengar.

Mungkin tugasnya sudah selesai. Memberanikan diri untuk pergi dari perusahaan yang bikin keki, memberikan semangat hidup terhadap situasi kerja sembari skripsi dan pertama kali merasakan bahagia ketika bersamanya.

Dia mengenalkan bahagia. Sembari bergumam, bahwa ia juga bahagia.

Sekarang, dia hanya bilang "iya aku pernah bahagia dulu sama kamu"

Jika di suatu masa, kamu membaca ini. Muntahlah jika mau. Karena kadang, tulisan ini akan berbeda rasanya jika dibaca di lain masa.

Mungkin, kamu merasa jijik dan ilfeel. Kalian pun sama. Yaudah gapapa. Toh udah gak mungkin bisa bersama.

Tuhan memang adil, mendatangkan orang yang nyaris sempurna. Penuh akan tawa dan kehangatan. Ku kira dia tidak akan pernah meninggalkan. Bahkan kurasa dia akan bertahan.

Nyatanya, dia pergi ke lain hati dan mendekati duluan. Sementara saya harus berjuang hidup pindah dari kampus ke kantor hampir setiap saat. Lompat dari deadline ke deadline. Berusaha untuk tegar dan sehat.

Buktinya, saya tumbang dan gak kuat. Gak semua bisa jadi Erlangga,katamu begitu. Tapi tidak ada orang yang bisa sesuai dengan apa yang kamu butuh.

Kecuali kamu bicarakan, mau seperti apa yang kamu butuh.

Jawabannya, yah masih abu-abu kala itu.

Akhirnya, ada di suatu momen. Ketika sudah bubaran. Gue melihat teman-teman kantor sedang bersenda gurau. Bersyukur ada di sini. Bahagia akhirnya gue temui setelah sekian lama mencari. Tempat yang paling nyaman. Tempat dimana gak menghitung sudah berapa lama ada disana.

Walau dia telah hilang, setidaknya tuhan tidak menghilangkan semua hal baik dalam hidup.

Meskipun, dia tetap yang terbaik. Mau sejahat apa. Juga dia tetap yang paling baik.

Tapi ada kalanya, orang itu harus terganti. Nanti aja, gak perlu buru-buru. Sembuh dulu.

Yaudah, nanti tulisan kaya begini akan ada lagi yah.


Komentar