Langsung ke konten utama

Sakit

Gue sakit selama 3 Minggu. Awalnya, gue gak percaya tuh penyakit mental. Stress apalah kaga mungkin kejadian.

Ternyata kena. Masalahnya beban pikiran merambah ke fisik. Setiap keinget dia, Gue batuk sampai mual, muntah-muntah. Setiap keinget momen sama dia, badan langsung lemas dan keringetan. Sering mau ngomong, langsung tercekat kalau dia terlintas dalam pikiran.

Dia bahagia dengan selingkuhannya. Gue harus berjuang mati-matian untuk bisa fokus sama kerjaan. Fokus untuk bangun dari tidur, kemudian mengerjakan yang lain.

Jantung suka berdebar tiba-tiba. Ini sih yang paling menganggu. Jadi degupannya tuh gak beraturan. Datangnya gak perah ketahuan. Tiap kali udah atur nafas, sesek banget adanya. Mau ngobrol sama orang aja, kalau jantung berdebar keras. Gue harus minta stop dulu.

Hampir gue ke psikolog, untuk fuck it ayolah lupain. Dia udah sama yang lain. Gue pengen sembuh selama 3 Minggu itu.

3 Minggu juga beriringan dengan kerjaan di agency yang luar biasa banyak. Mau bagaimana, sudah dibayar kan untuk bekerja. Jadi pelan-pelan harus bisa fokus walau hati suka gak siap.

Mungkin bagi kalian, gue lebay, hanya saja kalian gak tau apa yang gue dan dia lalui. Dari seluruh kalimat dan perkataannya, bagi kalian pasti saya lah orang yang paling jahat. Diserang dalam segala arah dalam ranah publik, kesedihan yang keluar hanya dari mulut dia tentang betapa kejamnya saya.

Kalian gak tahu. Saat itu, dia meminta hidup dengan saya di bulan November 2021. Tanpa ada kejadian itu, hidupnya tidak akan sebaik sekarang dan belum tentu dia tahu, dalam hidupnya butuh orang seperti apa.

Saya juga yang membiarkan dia jalan sama laki-laki yang dia butuh saat berpasangan dengan saya karena mereka ada keperluan dan disaat itu saya tahu. Bahwa laki-laki yang akan menjadi pasangan dia selanjutnya, jika udahan sama saya. Pasti laki-laki itu. Eh ternyata benar.

Teman sempat bilang "gapapa Lang?"

"Gapapa, gue percaya sama dia"

"Yaudah hati-hati tuh cowok kan gatau cewek lu udah punya pacar karena gak pernah ngumbar di sosmed"

"Gue percaya, dia gak akan kaya gitu"

Ternyata gue salah. Dia yang kaya gitu. Dekati cowok itu duluan karena ia yakin,  dialah orang yang lebih pengertian dibandingkan saya. Yaudah gapapa.

Banyak hal yang gak mungkin gue tulis seberapa parahnya dia. Seberapa dulu dia menginginkan saya. Diperas habis seluruh sumber daya. Ketika belum bisa memberi lebih terus dicari salahnya dimana hingga akhirnya mengambil keputusan sendiri untuk pergi. Dibilang tidak mengerti perasaan manusia tanpa mengkomunikasikan hal itu.

Gak pernah dia ngomong dikala saya sedang santai, dengan kepala dingin hubungan ini maunya apa. Masa iya harus marah dikala saya masih tertekan skripsi, dia enak sudah kelar dan selesai.

Dia ujug-ujug kumpulin semua salah saya, meledak, putus. Sebelum putus 3 Minggu deket sama yang lain terus ujug-ujug bilang lost interest. Dia pula yang ambil langkah mendekati duluan.

Jika orang itu tidak pernah hadir, dia tidak akan mengakhiri. Karena saya paham, hidupnya tidak bisa sendiri.

Saya ada, disaat dia belum se-stabil sekarang. Saya bantu untuk gapai impiannya. Walau ada saat dimana, saya tidak bisa membantu meraih beberapa mimpi dan dia malah pergi. Karena dibilang tidak mengerti perasaan manusia tanpa dia mengkomunikasikan tentang apa yang harus diperbaiki.

Alasan mengapa saya tidak terima dan ikhlas karena setiap kali ditanya perkaranya apa. Dia selalu berputar pada diri saya yang salah. Padahal, tanpa dia sadari bukan itu kesimpulan putusnya.

Kesimpulannya adalah dia menemukan orang lain dimana saat itu dia telah jenuh. Gapapa jenuh, wajar. Tapi ayo dibicarakan bukan dipendam sendiri gue disuruh nebak.

Sialnya, dia gak sadar sampai sekarang. Perkara putusnya bukan sekedar ketidakcocokan tapi emang habitnya begitu. Kalian tidak jelas diberitahu oleh diri dia latar hidupnya.

Kalau saya tidak mengerti perasaan manusia karena meninggalkan dia pergi menangis di salah satu stasiun dengan segala perkataan saya. 

Beribu-ribu kali dia menangis, saya tidak pernah tinggali. Malah suka saya jajanin kalau lagi sedih.

Dia yang buat salah, dia yang mau datang minta maaf. Malah saya cegah dan biar saya datang ke tempatnya.

Ada cerita dibelakangnya mengapa saya berbicara sekeras itu dan kenapa saya meninggali. Tapi potongan cerita milik dia, hanya karena saya jahat meninggalkan dia menangis sejadi-jadinya di kereta dan dititik itulah dia tidak punya keyakinan lagi.

Kemudian kalimat tidak punya keyakinannya selalu berubah. Dibilang dia udah gak yakin semenjak selesai membantu saya skripsi, dilain waktu bilang setelah dia selesai magang dan dilain waktu lagi dia bilang saat dia lagi membangun display. Dia jadi gak yakin sama saya. 

Ini mana yang benar?

Maka seharusnya sayalah yang tidak punya keyakinan sama dia. Dimana hampir banyak hal yang saya tidak suka saya diemin dan tahanin.

Baru sadar kalau itu salah, maka dari itu cara memperbaikinya adalah bilang. Eh malah dia gak terima dan gayakin lagi sama saya.

Banyak perkataan saya yang salah. Tentu benar sekali. Tapi gue baru sadar, dalam hubungan gak mungkin akan berjalan semulus itu.

Kunci hubungan yang sukses, itu yang saling bahu membahu menciptakan bahagia dengan mengkomunikasikan hal apa yang tidak disuka dan hal apa yang diinginkan.

Nah, gapapa juga untuk berpisah. Asal alasannya jelas. Lebih baik jujur bilang diawal 

"Kita gak cocok, tapi aku menemukan laki-laki yang ternyata lebih cocok sama aku"

I think it's enough. 

Karena bagiku, kalau pasangan telah memilih yang lain. Yah harus ditinggal pergi. Makanya pas tau dia selingkuh, yaudah saya langsung tanpa ba-bi-bu gak mau tau hidup dia. Gak akan ada drama dan saya gak akan sesakit itu.

Kalian gak ngerti. Hanya keluar dari mulut dia. Kalian tentu akan meng-gapapa-kan alasan dia selingkuh karena saya tidak mengerti perasaan manusia dan antipati.

Dimana-mana selingkuh itu salah. Mau cari lembah kebenarannya tuh susah. Kalau alasannya emang di diri saya dan gak cocok, yaudah ditinggalkan dalam kondisi dia masih sendiri tanpa harus punya pasangan lagi.

Baru bisa saya terima kalau dia capek sama saya.

Engga pas pacaran, 3 Minggu gak ketemu karena dia pulang kampung terus diam-diam dia mendekati laki-laki lain dan langsung yakin bahwa laki-laki itulah yang dia cari.

Terus cari pembenaran dengan bilang sudah kenal dari lama. Makanya bisa yakin. Meninggalkan saya tanpa dikasih kesempatan lagi untuk memperbaiki. Dia takut bertemu, karena nanti saya menangis dan dia menerima karena iba padahal gak bisa jadi itu alasannya putus lewat chat.

Sial, dulu tuh saya yang menerima dia karena iba. Akhirnya tumbuh bahagia dan nyaman yang diciptakan bersama. 

Sekarang gini, bisa gak kalian lagi kerja di agency sembari mengerjakan revisi skripsi, dibidang motion yang tinggal 1 Minggu lagi. Ditambah masalah dengan pasangan? Mending satu ada yang dipending dulu kan?

Dia gak sadar. Pernah dia gak suka sama saya karena tidak membantunya skripsi karena saat itu gue memilih main di hari dimana dia pikir saya harus membantunya.

Kata dia begitu.

Percayalah, ada cerita dibalik itu juga. Saya harus berkerja, TA saya belum selesai baru kelar preview. Kala itu teman saya main. Di hari teman saya main dia tidak sama sekali memberikan brief dan menerka "oh Erlangga lagi main gak bisa gue ganggu"

Padahal mainnya di rumah, kalau dia bilang baik-baik tanpa ba-bi-bu saya kerjakan.

Tanpa dia sadari, saat dia berjanji membantu saya mendisplay, dia juga tidak hadir untuk memasang display dan pergi main kan. Saya malah membiarkan dia pergi dan memanggil teman yang lain tanpa kehilangan keyakinan sama dia.

Kalau ditanya kemana saya pas dia skripsi?

Bisa engga kalian menstabilkan pekerjaan dan tugas akhir bersamaan? Kerja di agency pula. Dia juga diawal bilang gakperlu dibantu, bisa sendiri karena mengerti saya kerja. Saya tidak mengerti, memberinya kerjaan pas dia selesai skripsi?

Kalau dari awal bilang gak bisa bantu. Pasti gak akan gue mintain bantuan.

Hubungan gak sekedar gimana caranya mencari bahagia tapi menciptakan bahagia dengan sumber daya yang dipunya.

Betul perempuan tuh pakai perasaan banget atau segala macam. Saya dibilang tidak mengerti perasaan manusia. Tanpa dia ketahui, kala itu ada perempuan yang lebih baik dari dirinya. Datang mengajak saya pergi dikala saya sedang jenuh bersamanya, 2-3 kali kesempatan pula.

Tanpa pikir panjang, saya gak mau karena sudah ada yang punya. Bahkan tidak pernah terlintas dipikiran untuk mendekati wanita lain saat bersamanya.

Sebelum sama dia, saya pacaran sekitar 2 tahunan. Lebih parah lagi dengannya, udah dibilangin maunya apa tetep aja kaya begitu.

Malah ada lagi perempuan yang lebih baik mendekati, tapi saya mana peduli karena yaudah kita kan sudah ada yang punya.

Tanpa sama sekali membuka pintu dan memberi jalan untuk bersama.

Gue tuh selalu takut buat komunikasi sama perempuan kecuali temen Deket saat punya pasangan.

Dia gatau kan reaksi tubuh gue pas tau dia selingkuh.

Gue teriak di foodcourt Depok. Nangis sejadi-jadinya tapi gak keluar air mata. Gue tau dia selingkuh baru H+3minggu putus.

Selama 3 Minggu setelah putus gue menyalahkan diri sendiri. Selama itu pula dia gue tanya "apa karena laki-laki lain?"

Dengan menyebut nama tuhan dia bilang engga, saat ketahuan, baru dia bilang iya.

Kalau dari awal bilang alasan putus karena laki-laki lain maka kesimpulan gue akan begini:

"Oh berarti ini gue gak salah. Dia kan memilih yang lain tanpa ada usaha mempertahankan. Kalau mau mempertahankan harusnya bilang ke gue, salah gue apa, apa yang perlu diperbaiki. Kalau emang dia gak mau, berarti dia emang udah gak mau aja sama gue"

Intinya yah udah gak mau, ngapain harus mau lagi.

Masalah selesai. Gak akan meninggalkan luka psikis terlalu dalam.

Harusnya tuh gitu. Sekarang aja, tiap inget dia atau ke trigger momen sedih gue langsung linglung. lu mana tau dan gak mau tau.

Dibilang gak terima, bayangin aja diputusin jam 03.34 pagi, di chat panjang. Besoknya diajak bertemu gakmau bilangnya udah ilfeel segala macam. Eh malah kencan sama yang lain.

Putus lewat chat, gak ada itikad baik untuk ajak bertemu. Gila, padahal dia dulu ada masalah selalu saya bela-belain ketemu. Pernah menemani dia, sampai saya muntah juga gak pernah ada satu centi pun saya kehilangan keyakinan.

Kaget banget putus gak ada tanda-tanda sama sekali bagi gue, di dia iya.

Bagi gue, blog adalah space yang bebas. Dimana gue bebas mengekspresikan apa yang gue rasa dan tuliskan tanpa perlu public gue kasih tau.

Hanya orang-orang yang beruntung, yang bisa tiba-tiba baca dan yah itu pilihan kalian, berarti kalian mau tahu hidup gue secara dalam kalau udah mampir kesini.

Jadi ini bukan semacam tulisan klarifikasi segala macam yah. Toh kalian gatau kan "dia"nya itu siapa?

Kelar dari dia, orang bilang harusnya ikhlas. Gak usah gak terima kalau diputusin. Harusnya lepasin.

Akan gue lepas kalau dari awal jujur gak ditutupin sama sekali. Asal kalian tahu, dia pernah bilang dulu kalau gak gampang mutusin.

Buktinya, putus juga sama gue. Dengan sangat gampang kok. Berpindah ke lain perasaan tanpa ada sama sekali cara mempertahankan. Dia hanya mikir untuk beradaptasi dengan sifat gue tanpa pernah bilanh, gue harus kaya gimana biar dia bahagia dan nyaman.

Masa iya gue harus nebak. Padahal gue yakin pasti mau berubah.

Dia sendiri yang bilang kalau dia yang berubah dan berusaha beradaptasi pada diri ini tapi gue engga. Gue harus ngertiin juga dimana gue gak tau maunya dia apa. Sementara dia tau maunya gue apa, tapi dia gak terima.

Siapapun yang baca disini, gak semuanya dia jelek dan salah. Pun sama, gue juga ada andil salah bagi perasaannya dia. Tapi sampai dititik ini juga, gatau kenapa gue selalu merasa kalau udah selingkuh tanpa ada komunikasi apa yang perlu diperbaiki. Dan tidak memberi kesempatan satu kali.

Bagi gue, gue gak ada salah.

Itu bukan salah gue dan tugas gue untuk menebak dia maunya apa. Masa dia gak bilang maunya apa, gue dibilang gak peka segala macam. Seakan dia menganggap gue bungkus Snack, dimana snacknya sudah habis tinggalah sampah. Lantas dia buang, dan ia mengambil Snack yang lain.

Gue adalah sampah baginya. Gapapa.

Dimana dia pernah mengemis untuk hidup dan ditemani di November 2021. Saya rawat dia, saya bantu dia, saya motivasi dan lindungi dia di tahun itu.

Giliran tiba saatnya, roda berputar di bulan September 2022 dimana giliran saya yang mengemis hidup sama dia, gak dia beri. Apa saya gak kecewa?

Bukannya hubungan itu adalah saling belajar satu sama lain maunya apa. Dicoba dibina dulu baru saat dicoba ternyata gagal baru gapapa untuk berpisah.

Banyak hal rasional memang yang gak bekerja saat berhubungan. Gue paham. Namun, dalam kisah kami berdua sangat normal untuk dibicarakan dan dipertahankan. At least coba dulu, kalau gak berhasil baru pergi.

Dia selalu bilanh "aku udah coba er" mana ada percobaan dimana saya tidak tahu dibagian mana dia berusaha untuk mencoba?

Dibilang tidak pernah terisi jasmani dan rohani. Emang selama bersama gue, pernah dia kelaparan dan kehausan?

Saya tahu dia punya penyakit paru-paru. Apa pernah saya merokok didepannya? Saya bukan perokok. Selalu bersama dengan dia, saya cari tempat indoor bebas asap rokok.

Kalau ada rokok, saat sedang ditempat outdoor tanpa ba-bi-bu pindah tempat.

Gue juga bukan peminum. Saat dia sakit, saya antarkan kemana saja. Juga sempat didiagnosis punya penyakit menular. Tetap besoknya masih bersama dan saya dengan rela antar ke rumah sakit.

Berat badan dia naik 6 Kg saat bersama saya. Apa iya kurang dari jasmani? Apa iya sama saya gak bahagia? Kenapa selalu saja saya dipojokkan salah.

Kalau gak cocok gapapa. Tapi jangan langsung pindah ke orang lain. Bukan karena ga cocok.

Tapi karena lu selingkuh. Udah cukup. Gausah cari alasan dalam kesalahan.

Sudahlah. Dia udah bahagia sama yang lain. Bersama orang yang mengerti perasaan manusia.

Berpisah, adalah hal yang normal. Tapi seharusnya berpisah secara sopan. Diungkapkan semuanya. Jangan bingung soal apa yang diinginkan perasaan. Bilang gue bukan orang yang dia butuh, gapapa.

Tapi seharusnya putusin saat sumber daya yang gue punya belum diperas habis. Gue dibilang perhitungan tatkala dia selalu bilang "apa yang harus aku bales dengan kebaikan kamu"

Gue selalu bilang gak usah, while dia terus bilang yang sama. Giliran gue minta bantuan, memang baik sekali dia mau ngebantu. Namun jika diakhir hubungan diungkit dan marah, bahkan berakhir udahan, apa iya itu bisa dibilang tulus?

Kebesaran hati gue, menerima dia itu sangat luar biasa kalau kalian tahu seluruh ceritanya. Kenapa gue kaya orang gak ikhlas?

Karena perjalanan gue sama dia, itu juga udah luar biasa meyakinkan untuk selamanya.

Kalian gatau, cuman sebatas tau dari mulutnya. Sekarang enakan, dia sudah bebas. Saya sudah terang-terangan tahu. Saya menjaga harga dirinya dari orang lain dan saya menjaganya dari ancaman lain.

Dia masih gak nyaman dan segala macam.

Dulu saya selalu bangga punya dia. Selalu ceritakan betapa kerennya dia kepada seluruh orang tidak lewat sosial media. Langsung ke teman-teman. Dan hampir semua topik saya, ketika nongkrong di berbeda circle.

Saya selalu membanggakannya. Hingga teman bilang "tuh cewek lu yang selalu dibanggakan kemana aja, berakhir selingkuh kan?"

Ibu saya menyayangi dia, dia perlakuan dengan sangat spesial. Namun ketika tahu dia berselingkuh, ibu saya langsung membenci dia.

Dulu bagi saya, dia orang yang luar biasa. Namun saya tahu, dia punya ketidakstabilan emosi yang berakibat ke pikiran dia hingga tenggelam dalam lautan ketidakpastian kehidupan.

Padahal hidup yah tinggal dijalankan.

Yasudah. Bagi dia yang ada disini. Gue berharap sekarang bahagia dengan yang dipunya. Kita sudah dipastikan gak bisa kembali, sekalipun masih sama-sama menyayangi tapi udah susah banget dengan perkara yang udah kamu buat. jalan untuk balik itu terjal banget.

Jadi, harapan gue. Semoga pencarian kebahagiaan dia benar, bahwa laki-laki itulah yang tepat baginya.

Biarkan gue menciptakan kebahagiaan itu tanpa perlu mencari kebahagiaan di orang lain dengan melihat apa yang gue butuh.

Harapan gue, juga semoga kalian selamanya. Tanpa ada kendala yang datang dari sisi mana saja. Dan semoga kamu, tidak pernah lagi tenggelam dalam lautan perasaan terlalu dalam yang mengakibatkan ketidak yakinan.

Semoga pikiran matang-matang mu itu memang betul yah :)

Setelah ku pikir, aku yakin kamu pasti tidak akan menyesali pilihan ini.

Seluruh tindakan tidak mengenakanku setelah kita putus, itu adalah reaksi badanku atas ketidaksopanan kamu mengakhiri hubungan ini.

Itu bukan aku. Sangat bukan diriku. Aku minta maaf secara dalam dan tulus kepada dirimu dan keluargamu jika tidak sesuai ekspektasi dan menyakiti.

Hanya saja kamu perlu tahu, kalau itu salah betul.

Biarkan aku susun lagi, puzzle hati yang udah kamu hancurkan ini untuk balik jadi Erlangga yang dulu lagi.

Sampai jumpa. Titip salam buat hidupmu yang sedang bahagia.

Doakan semoga aku lekas sembuh.



Komentar