Langsung ke konten utama

Kehilangan

Setiap malam, dulu pas sama dia. Kita sering menghabiskan waktu bersama. Enam bulan penuh, berada disebelahnya dalam wujud fisik.

Pergi, mencari makan malam selepas pulang kerja.

Kami berdua satu kantor, mejanya sebelahan. Ah kangen banget. Mau diulang kembali. Kumohon.

Suka nulis pesan gajelas. Lucu banget kalau diingat. Pengen banget diulang. Andai waktu bisa mundur kebelakang. Gue beneran mau merasakan kembali momen itu.

Hi. Kamu lagi apa?

Waktu berjalan terus. Hidupmu setelah putus juga akan bergerak. Tidak akan semuanya kembali terulang.

Sadarlah perlahan. Kalau sudah waktunya berpijak pada tangga masa depan.

Namun, izinkan gue untuk sejenak kembali mengingat. Menuliskan disini. Agar ada suatu masa. Dia yang selalu disebutkan. Diingat dalam pikiran. Dimimpikan dikala terlelap. Bisa membaca.

Semua pesan yang tersirat dan tersurat.

Kalau gue kehilangan banget.

Kalau tidak terbaca, yah tidak apa. Setidaknya hati lega sudah ada yang terutarakan.

Kamu tahu tidak, gimana kehidupan aku selepas kita udahan?

Masih terpuruk dan kamu sedang bahagia-bahagianya. Dulu ingin bertemu saja pas mau udahan, kamu ilfeel.

Gimana baca semua tulisan ini. Pasti makin benci. Makin jijik. Segala macam hal negatif pasti kamu miliki tentang diriku yang dulu paling kamu cintai.

Kok bisa yah, baru putus gak ada galau-galaunya dan blass seluruh perasaan itu hilang padahal dulu kamu bilang, bahwa aku sumber bahagia kamu.

Kapan gue selesainya. Di draft aja masih banyak tulisan tentang kamu yang belum selesai.

Mau sampai kapan sih er.

Bagaimana kalau aku hilang? Dulu satu bulan tidak bertemu, rindu penuh berkecamuk. Sekarang, sudah berbulan bulan semuanya hilang begitu saja, berpindah pada perasaan baru.

Kenapa dulu gabilang kalau ada bagian dalam diriku yang tidak bisa kamu terima dan di sisi mana engkau mau aku berubah.

Sekarang semuanya sudah telat. Kita udahan. Aku sedih tak terhingga. Masih suka melihat kaca, menangis tiba-tiba ketika teringat dirimu.

Kamu pun tidak tahu bagaimana rasa sakitnya diriku. Kamu tidak akan pernah paham bahwa laki-laki yang kamu bilang tidak mengerti perasaan manusia ini teramat rindu ingin bertemu. Walau hanya sekali, dan aku yakin tidak akan pernah tuntas.

Siapapun yang membaca, mungkin akan menganggap gue lemah. Move on lah. Segala hal dan macam.

Kalian tidak paham dan mengerti apa yang gue rasakan. Sakit banget. Sudah tiga bulan, tetap saja saat di motor, berhadapan dengan angin malam. Gue melihat ke atas lalu berucap "kamu dimanasih? Lagi apa kamu? Beneran yah kita udahan"

Mungkin dalam suatu cerita, bersama temanmu. Kamu bilang "iya Erlangga masih galau banget tuh ditinggal gue haha"

Iya. Masih. Terus kenapa? Laki-laki gaboleh memvalidasikan perasaan mereka? Salah gitu kalau punya perasaan.

Lagian ninggalin tiba-tiba saat masih sayang-sayangnya. Lagian juga, kalau masih bersama. Selamanya kamu aku sayang. Peduli setan dengan segala kekurangan yang kamu miliki. Sudah ku terima dengan ikhlas kok.

Ikhlas berat kan? Makanya kamu tidak bisa bertahan. Nah makanya itu aku susah banget lepas.

Jalan dengan beberapa orang, gajauh topiknya bicarain kamu. Mau sampai kapan. Gak enak tau berusaha deketin orang lagi. Gak enak. Kamu enak deketin orang lain, dia respon, satu hari setelah kita putus udah bisa kencan.

Percayalah, ini adalah tulisan yang ku tulis penuh dengan emosi. Emosi itu kembali berkecamuk. Kadang sadar, cuman diri sendiri doang yang paham gimana mendengar keluhan diri sendiri.

Mendengarkan hati kecil.

Segala cara udah dicoba. Kamu selalu ada. Selalu datang tiba-tiba. Sekarang berusaha menahan untuk gak bercerita kemana-mana. Karena setiap bercerita, pasti mereka sadar mata gue penuh sedih karena kehilangan.

Kamu gak pernah tahu betapa aku tulus dan sangat mencintaimu.

Sekarang udah beda. Udah selesai. Setiap hari, beranjak dari kursi pergi ke mana saja sendiri berharap bertemu dan engkau menghampiri. Haha keinginan fana, dan sadar tidak akan pernah terwujud.

Kamu tidak akan pernah tahu betapa aku mencintai dirimu luar biasa dan engkau pergi menghilang langsung jalan dengan laki-laki lain.

Patah hati banget. Patah hati terhebat yang pernah kumiliki. Kamu tidak mungkin membaca ini. Lagipula tidak ada niatan untuk mu supaya membaca.

Aku pergi, menghampiri banyak teman yang dahulu tidak pernah diajak bermain. Bercerita hal yang sama.

Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu. Tapi sulit bagi semesta ku untuk menerima mu lagi. Namun di satu sisi aku takut, hidup bersama seseorang yang bukan kamu.

Mungkin dia adalah pelabuhan terakhirmu. Mungkin kamu bisa tenang bersama orang lain. Aku sedang tenggelam, berusaha berenang menuju permukaan, kenangan dengan dirimu tetap saja masih menarik hingga ke ujung lautan perasaan hilang.

Tidak pernah aku sepatah ini. Tidak pernah aku sesedih ini. Aku tidak menjual kesedihan, aku menjual cerita. Betapa aku ingin kamu, dan kamu tidak.

Telah hilang. Entah dimana.

Aku mencari, bukan dirimu. Obat untuk lupa dan menerima.

Sedang dimiliki seseorang, tapi tidak tahu siapa.

Pelan-pelan harus ada.

Hanya hati bingung, siapa yang akan lebih cepat?

Kamu yang kembali.

Atau orang lain yang menghampiri.

Menuntaskan permasalahan soal kehilangan.

Menyelesaikan pencarian.

Hingga sadar, bahwa hilangnya dirimu adalah berkah luar biasa.

Karena bisa bertemu dengan orang lain yang menyebarkan bahagia

Untukku selamanya

Tidak seperti dirimu

Yang sifatnya sementara

Dan sekarang engkau

Telah hilang.


Komentar